Syarat Khutbah

header header header header header header
  • 1. Khatib Harus Laki-laki
  • Khatib dalam khutbah Jumat disyaratkan harus dilakukan oleh laki-laki. Sehingga apabila yang melakukannya perempuan, maka khutbah Jumat tersebut tidak sah.

    Sebagaimana dijelaskan Syekh al-Qalyubi berikut ini :

    ويشترط كون الخطيب ذكرا أو كونه تصح إمامته للقوم كما قاله شيخنا الرملي واعتمده شيخنا الزيادي الى ان قال وشرط الذكورة جار في سائر الخطب كالإسماع والسماع وكون الخطبة عربية

    Disyaratkan khathib seorang laki-laki atau orang yang sah menjadi imam bagi jamaah sebagaimana yang dikatakan Syekh al-Ramli dan dibuat pegangan oleh guru kami Syekh al-Zayadi. Syarat ini berlaku juga di selain khutbah Jumat sebagaimana syarat khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah serta syarat harus berbahasa Arab." (Syekh al-Qalyubi, Hasyiyah al-Qalyubi 'ala al-Mahalli, juz 1, hal. 322).

  • 2. Harus Diperdengarkan oleh Jemaah Sholat Jumat
  • Syarat khutbah selanjutnya harus diperdengarkan dan didengar oleh jemaah sholat Jumat yang mengesahkan pelaksanaan Jumat. Di antaranya setiap muslim yang baligh, berakal, merdeka, berjenis kelamim laki-laki dan bertempat tinggal tetap. Caranya, yaitu disampaikan dengan suara yang keras.

    Khatib dan jamaah juga tidak disyaratkan paham makna khutbah yang disampaikan.

    Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Nawawi berikut :

    ولا يضر عدم فهم معناهما حتى في حق الخطيب كمن يؤم القوم ولا يعرف معنى الفاتحة

    Artinya : Tidak bermasalah ketidakfahaman kepada makan dua khutbah, sekalipun khatibnya sendiri, sebagaimana orang yang mengimami kaum dan ia tidak faham makna al-Fatihah. (Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, Nihayah al-Zain, juz 1, hal.140).

  • 3. Khutbah Dibaca di Kawasan Pelaksanaan Jumat
  • Khutbah harus disampaikan oleh khatib di kawasan tempat pelaksanaan Jumat. Adapun jemaah yang mendengarkan khutbah di luar kawasan Jumat, maka khutbahnya tetap sah.

  • 4. Khatib Suci dari Hadats
  • Syarat berikutnya yaitu khatib harus suci dari dua hadats. Yakni hadats besar dan hadats kecil.

  • 5. Khatib Suci dari Najis
  • Ketika menyampaikan khutbah Jumat, khatib disyaratkan suci atau bersih dari segala bentuk najis yang dihukumi kotor dalam Islam.

  • 6. Khatib Harus Menutup Aurat
  • Khutbah Jumat yang dilakukan hukumnya tidak sah apabila khatib terbuka auratnya. Syarat ini ditetapkan dengan mempertimbangkan bahwa khutbah Jumat menempati posisi dua rakaat salat.

    Jika khatib batal di tengah khutbah bisa digantikan oleh salah satu jemaah asalkan tidak ada waktu pemisah yang lama antara khatib pertama dan kedua.

    Namun, jika tidak digantikan maka khatib harus bersuci terlebih dahulu kemudian mengulang khutbah dari awal.

    Sebagaimana dijelaskan Syekh Sayyid Muhammad Abdullah al-Jordani berikut ini :

    ومن أحدث في أثناء الخطبة أو بعدها واستخلف قبل طول الفصل من يبني على فعله ممن حضر جاز

    Artinya : Khatib yang berhadas di pertengahan khutbah atau setelahnya dan menggantinya dengan jama'ah yang hadir dan ia meneruskan bacaan khutbahnya sebelum melewati pemisah yang lama, maka diperbolehkan. (Syekh Sayyid Muhammad Abdullah al-Jordani, Fath al-'Alam, juz.3, hal. 63, cetakan Dar al-Salam-Kairo, cetakan keempat tahun 1990).

  • 7. Khatib Harus Berdiri
  • Ketika menyampaikan khutbah, khatib disyaratkan harus berdiri. Namun, apabila tidak mampu karena faktor usia atau penyakit maka boleh dilakukan dengan duduk.

    Apabila tidak mampu juga untuk duduk sambil menyampaikan khutbah maka boleh dilakukan dengan tidur miring. Namun, penyampaian khutbah lebih utama dilakukan oleh orang sambil berdiri.

    Seperti yang dijelaskan Syekh Nawawi Banten berikut ini :

    وقيام قادر ) فيهما جميعا فإن عجز عنه خطب جالسا ولو مع وجود القادر والأولى للعاجز الاستنابة

    Artinya : Dan disyaratkan berdiri bagi yang mampu di keseluruhan kedua khutbah, jika tidak mampu berdiri, maka cukup berkhutbah dengan duduk, meski ditemukan orang yang mampu berdiri. Dan yang lebih utama bagi yang tidak mampu adalah menggantikannya dengan orang yang mampu berdiri. (Syekh Nawai Banten, Nihayah al-Zain, juz 1 hal. 141).

  • 8. Duduk di Antara Dua Khutbah
  • Khutbah Jumat dilaksanakan sebanyak dua kali, sehingga di antaranya khatib haru duduk sebagai pemisah khutbah. Durasi duduk khatib minimal seperti tuma'ninah dalam shalat yaitu diam dengan waktu sekira cukup untuk membaca subhanallah.

    Akan tetapi, disunnahkan pemisah di antara dua khutbah sekiranya cukup membaca surah al-Ikhlas. Maka dari itu, khatib juga dianjurkan membaca surah al-Ikhlas ketika sedang duduk di antara dua khutbah.

  • 9. Terus-menerus di Antara Rukun Khutbah
  • Khutbah harus dibaca secara berkesinambungan sehingga tidak boleh ada jeda atau pemisah berupa pembicaraan lain yang menyimpang dari isi khutbah. Itulah yang dimaksud terus-menerus di antara rukun khutbah.

  • 10. Terus-menerus Antara Khutbah dan Shalat Jumat
  • Syarat ini maksudnya adalah jarak antara khutbah dan shalat Jumat tidak boleh terlalu lama. Setelah khutbah selesai maka takbiratul ihram shalat Jumat dilakukan sebelum melewati masa yang cukup melakukan shalat dua rakaat.

  • 11. Khutbah Harus Berbahasa Arab
  • Khutbah Jumat disyaratkan harus dibaca menggunakan bahasa Arab. Namun, yang dimaksudkan adalah rukun-rukun khutbah saja yang meliputi hamdalah, shalat, pesan bertakwa, bacaan ayat suci al-qur'an, dan bacaan doa untuk kaum muslim.

    Sementara, isi khutbah lainnya diperbolehkan tidak menggunakan bahasa Arab.

    Seperti dijelaskan oleh Al-Syaikh Abu Bakr bin Syatha' berikut :

    و ) شرط فيهما ( عربية ) لاتباع السلف والخلف ( قوله وشرط فيهما ) أي في الخطبتين والمراد أركانهما كما في التحفة الى أن قال وكتب سم ما نصه قوله دون ما عداها يفيد أن كون ما عدا الأركان من توابعها بغير العربية لا يكون مانعا من الموالاة اه قال ع ش ويفرق بينه وبين السكوت بأن في السكوت إعراضا عن الخطبة بالكلية بخلاف غير العربي فإن فيه وعظا في الجملة فلا يخرج بذلك عن كونه في الخطبة اه

    Artinya : Disyaratkan dalam dua khutbah memakai bahasa Arab, maksudnya hanya rukun-rukunnya saja seperti keterangan dalam kitab al-Tuhfah, karena mengikuti ulama salaf dan khalaf. Syaikh Ibnu Qasim menulis, kewajiban memakai bahasa Arab terbatas untuk rukun-rukun khutbah memberi kesimpulan bahwa selain rukun-rukun khutbah yaitu beberapa materi yang masih berkaitan dengan khutbah yang diucapkan dengan selain bahasa Arab tidak dapat mencegah kewajiban muwalah di antara rukun-rukun khutbah. Syaikh Ali Syibramalisi mengatakan, Hal ini dibedakan dengan diam yang lama yang dapat memutus muwalah karena di dalamnya terdapat unsur berpaling dari khutbah secara keseluruhan. Berbeda dengan isi khutbah dengan selain bahasa Arab yang di dalamnya terdapat sisi mau'izhah secara umum, sehingga tidak mengeluarkannya dari bagian khutbah. (Syaikh Abu Bakr bin Syatha, I'anah al-Thalibin, juz 2, hal. 117, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, cetakan ketiga, tahun 2007).

  • 12. Khutbah Dilakukan di Waktu Zuhur
  • Pelaksanaan khutbah Jumat mesti dilakukan di waktu Zuhur. Sebagaimana keberadaan shalat Jumat itu sendiri.