
Sunnah Sunnah Nabi SAW







Sunnah Sunnah Pada Malam Hari (Waktu Isya)
-
Daftar list
- Dimakruhkan untuk berbicara (bersenda gurau) dan duduk-duduk setelah shalat isya.
- Lebih utama jika pelaksanaan shalat isya diakhirkan, selama hal itu tidak menyulitkan bagi jamaah.
- Diantara yang disunnahkan adalah membaca surat Al Ikhlash setiap malam
-
Sunnah Sunnah Saat Beranjak Tidur
- Mengunci pintu
- Mematikan Lentera (api)
- Berwudhu sebelum beranjak tidur
- Mengibaskan tempat tidur sebelum merebahkan dir
- Berbaring dengan sisi kanan tubuh berada di bawah (miring ke kanan)
- Meletakkan tangan kanan di bawah pipi yang kanan (sebagai alasnya)
- Membaca zikir sebelum tidur.
- Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan mimpi
- Bila seseorang terbangun dari tidurnya di malam hari, maka ia disunnahkan untuk membaca zikir
Ada beberapa poin sunnah pada waktu isya ini, yaitu:
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami RA yang kami sebutkan sebelumnya. Pada hadits itu disebutkan, “Beliau tidak suka tidur sebelumnya dan tidak pula berbicara setelahnya.”
Akan tetapi, jika pembicaraannya untuk suatu keperluan yang mendesak, maka tidak ada kemakruhan di dalamnya.
Alasan pemakruhannya –wallahu a’lam-: Jika shalat isya diakhirkan, maka tidurnya pun agak sudah larut, hingga dikhawatirkan ia akan terlewatkan waktu shalat shubuh, atau keutamaan untuk shalat di awal waktunya, atau terlewatkan shalat tahajjud bagi mereka yang biasa melakukannya.
Dalilnya adalah: Hadits yang diriwayatkan dari bunda Aisyah RA ia berkata, “Di suatu malam aku melihat Nabi SAW melaksanakan shalat isya ketika waktu malam sudah cukup banyak berlalu, bahkan para jamaah di masjid sampai ada yang sudah tertidur. Setelah shalat selesai dilaksanakan, beliau bersabda, ‘Inilah waktu shalat isya yang paling utama, seandainya tidak memberatkan bagi umatku.’” (HR. Muslim no.6387)
Dengan dalil tersebut, maka kesunnahan untuk mengakhirkan shalat isya bagi kaum wanita lebih ditekankan, karena mereka tidak diperintahkan untuk shalat berjamaah di masjid. Selama hal itu juga tidak menyulitkan bagi mereka
Begitu pula bagi kaum pria yang tidak termasuk dalam perintah untuk shalat berjamaah di masjid, misalnya musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh dan semacamnya.
Dari Abu Ad Darda’ dari Nabi SAW beliau bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian tidak bisa membaca sepertiga Al Qur’an dalam semalam? Mereka berkata: “Bagaimana cara membaca sepertiga Al Qur’an?” Beliau berkata: “Qul huwallahu ahad sebanding dengan sepertiga Al Qur’an” HR. Muslim (811), dan diriwayatkan oleh Al Bukhari dari hadits Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu (5015)
Sunnah Sunnah Saat Beranjak Tidur
Ada beberapa poin sunnah pada saat beranjak tidur, yaitu:
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir RA ia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Matikanlah lentera ketika kalian hendak tidur, kuncilah pintu, rapatkan bejana serta tutuplah tempat makanan dan minuman kalian.” (HR. Bukhari no.5624, dan Muslim no.2012)
Alasan perintah untuk menutup pintu salah satunya adalah, untuk mencegah syaitan masuk ke dalam rumah, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada hadits yang diriwayatkan dari Jabir RA, yaitu:
“Dan tutuplah pintumu dengan menyebut asma Allah, karena syaitan tidak dapat membuka pintu yang tertutup.” (HR. Bukhari no.5623, dan Muslim no.2012)
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir RA, sebagaimana disebutkan sebelumnya, yaitu: “Matikanlah lentera ketika kalian hendak tidur.”
Juga hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwasanya Nabi SAW pernah bersabda, “Janganlah kalian biarkan api menyala pada lentera kalian ketika kalian hendak beranjak tidur.” (HR. Muslim no.2015)
Sunnah ini juga dikiyaskan (dipersamakan hukumnya) pada segala sesuatu yang dapat menyebabkan kebakaran, misalnya saja tungku perapian untuk penghangat ruangan atau benda-benda lain yang bisa memercikkan api dan menjadi sebab terbakarnya sesuatu di dalam rumah.
Kiyas ini diberlakukan karena memiliki alasan yang sama, yaitu api yang membakar
Namun, jika pemilik rumah merasa aman dengan peralatannya dan meyakini bahwa alat-alat yang menyala itu tidak akan menyebar kemanamana, maka tidak ada masalah untuk membiarkannya menyala, karena berlakunya hukum beriringan dengan keberadaan alasan atau ketiadaannya.
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Al-Bara bin Azib RA bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila kamu hendak beranjak menuju ke pembaringan, maka berwudhulah seperti wudhumu ketika hendak shalat. Lalu berbaringlah dengan sisi kananmu dan ucapkan allahumma inni aslamtu wajhiya ilaika (ya Allah sungguh aku serahkan diriku kepada-Mu)..” (HR. Bukhari no.247, dan Muslim no.2710)
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Nabi SAW pernah bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian hendak beranjak menuju tempat tidurnya, maka hendaknya ia mengibaskan tempat tidurnya dengan bagian ujung kainnya, karena ia tidak tahu apa yang telah menempatinya sejak ia tinggalkan. Lalu ucapkanlah olehnya, bismika rabbi wadha’tu janbi (dengan menyebut asma-Mu ya Allah aku rebahkan tubuhku)..” (HR. Bukhari no.6320, dan Muslim no.2714)
Yang dimaksud dengan ujung kainnya adalah bagian dalam yang paling bawah dari pakaiannya (celana atau sarung).
Dengan dalil di atas, maka disunnahkan bagi orang yang hendak berbaring di tempat tidurnya untuk mengibaskan tempat tidurnya itu dengan bagian ujung kainnya, dan dilakukan sebanyak tiga kali, dengan disertai menyebut asma Allah (basmalah).
Mengibaskan dengan menggunakan bagian ujung pakaian merupakan hal yang paling utama, namun ada sejumlah ulama yang berpendapat boleh dengan apapun karena esensinya adalah mengibaskan tempat tidur.
Salah satunya adalah Syeikh Ibnu Jibrin –Rahimahullah– ia mengatakan, “Menggunakan ujung kain bukanlah sebuah syarat, bisa juga mengibaskannya dengan seluruh kain, atau dengan sorbannya, atau dengan kain lain yang semacamnya, maka perintah itu sudah terpenuhi.” (lih. Fatawa Ibnu Jibrin no.2693)
Dalil untuk kedua sunnah ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Al-Bara bin Azib RA bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila kamu hendak beranjak menuju ke pembaringan, maka berwudhulah seperti wudhumu ketika hendak shalat. Lalu berbaringlah dengan sisi kananmu dan ucapkan allahumma inni aslamtu wajhiya ilaika (ya Allah sungguh aku serahkan diriku kepadaMu)..” (HR. Bukhari no.247, dan Muslim no.2710)
Juga hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah RA ia mengatakan bahwasanya ketika Nabi SAW hendak beranjak ke tempat tidurnya di malam hari, maka beliau selalu meletakkan tangannya di bawah pipinya.. (HR. Bukhari no.6314)
Ada beberapa zikir yang disunnahkan untuk dibaca sebelum tidur, sebagiannya berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an dan sebagian lainnya berasal dari hadits.
- Membaca ayat kursi
- Membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah
- Membaca surat Al-Ikhlas dan mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan surah An-Nas), lalu menghembuskannya pada kedua telapak tangan, lalu mengusapkan kedua telapak tangannya itu ke sekujur tubuh sebanyak tiga kali.
- Membaca surat AL-Kafirun
- bismikallahumma amutu wa ahya (dengan menyebut nama-Mu ya Allah aku mati dan aku hidup). (HR. Bukhari no.6324, dari Hudzaifah RA)
- Allahumma khalaqta nafsi wa anta tawaffaha laka mamatuha wa mahyaha, in ahyaytaha fahfazh-ha, wa in amattaha faghfir laha, allahumma inni as`alukal-afiyah (ya Allah Engkau lah yang menciptakan nyawaku dan Engkau pula yang akan mematikannya, hanya di tangan-Mu kematian dan kehidupannya, apabila Engkau hidupkan maka jagailah aku, tetapi apabila Engkau mematikan maka ampunilah aku, ya Allah aku sungguh memohon kepada-Mu keselamatan). (HR. Muslim no.2712)
- Allahumma rabbas-samawati wa rabbal-ardhi wa rabbal-arsyilazhim, rabbana wa rabba kulli syai`in, faliqal-habbi wan-nawa, wa munzilat-taurati wal-injili wal-furqan, a’udzu bika min syarri kulli syai`in anta akhidzun binashiyatih, allahumma antal-awwalu fa laysa qablaka syai`un wa antal-akhiru fa laysa ba’daka syai`un wa antazh-zhahiru fa laysa fawqaka syai`un wa antal-bathinu fa laysa dunaka syai`un, iqdhi annad-daina wa aghnina minal-faqr (Ya Allah Tuhan langit, Tuhan bumi, Tuhan Arsy yang agung, Ya Tuhan kami Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang menumbuhkan tanaman dari biji dan bulir, Tuhan yang menurunkan Kitab Taurat, Injil dan Al-Qur’an, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apapun yang Engkau kuasai ubun-ubunnya. Ya Allah Engkau lah Yang Maha Pertama, tidak ada sesuatu sebelum-Mu, Engkau lah Yang Maha Akhir, tidak ada sesuatu setelah-Mu, Engkau lah yang Maha Zahir, tidak ada sesuatu yang melebihi kezahiran-Mu, Engkau lah yang Maha Batin, tidak ada sesuatu yang melebihi kedekatan-Mu, kami memohon lunasilah hutang kami dan hindarkan kami dari kefakiran). (HR. Muslim no.2713)
- Bismika rabbi wadha’tu janbi wa bika arfa’uhu in amsakta nafsi farhamha wa in arsaltaha fahfazh-ha bima tahfazhu bihi ibadakash-shalihin (dengan menyebut nama-Mu wahai Tuhanku aku rebahkan sisi tubuhku dan dengan menyebut nama-Mu pula aku angkat tubuhku, apabila Engkau ambil jiwaku maka rahmatilah aku, dan apabila Engkau kembalikan jiwaku maka jagailah aku, seperti Engkau menjaga hamba-hambaMu yang shalih). (HR. Bukhari no.6302, dan Muslim no.2714)
- Al-hamdulillahil-ladzi ath’amana wa saqana, wa kafana wa awana, fa kam mimman la kafiya lahu wa la mu`wi (segala puji dan syukur hanya kepada Allah yang telah memberi makan dan minum kami, mencukupkan kami dan menaungi kami, karena berapa banyak orang lain yang tidak memiliki kecukupan dan tidak pula memiliki naungan). Hadits ini diriwayatkan dari Anas RA ia berkata, bahwasanya Rasulullah SAW ketika hendak beranjak tidur, beliau membaca, “Alhamdulillahi..” (HR. Muslim no.2715)
- Allahumma qini adzabaka yauma tab’atsu ibadak (ya Allah jauhkanlah aku dari azab-Mu pada hari di mana hamba-hambaMu dibangkitkan). (HR. Ahmad no.18660, dan dikategorikan sebagai hadits shahih oleh Al-Albani dalam kitab Shahih Al-Jami 2/869).
- Bertasbih dan bertahmid sebanyak tiga puluh tiga kali, serta bertakbir sebanyak tiga puluh empat kali.
- Allahumma inni aslamtu wajhiya ilaika wa fawwadhtu amri ilaika wa alja`tu zhahri ilaika raghbatan wa rahbatan ilaik, la malja`a wa manja minka illa ilaik, amantu bi kitabikal-ladzi anzalta wa bi nabiyyikal-ladzi arsalta (ya Allah aku serahkan diriku kepadaMu, aku pasrahkan segala urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, doa dan harapanku hanya pada-Mu, tidak ada tempat bersandar dan tiada pula tempat mengadu kecuali kepadaMu, aku ikrarkan beriman kepada Kitab suci yang Engkau turunkan dan kepada Nabi yang Engkau utus). (HR. Bukhari no.247, dan Muslim no.2710). Di akhir hadits tersebut Nabi SAW juga sabdakan, “Jadikan kalimat itu sebagai akhir dari kalimat yang keluar dari mulutmu (di waktu malam), apabila kamu ditakdirkan meninggal di malam itu maka kamu meninggal dalam keadaan fitrah.” Dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan, “Dan apabila kamu masih hidup di pagi hari, maka kamu hidupmu di hari itu akan berada dalam kebaikan.”
Satu zikir lain yang perlu diperhatikan, zikir yang luar biasa dan menjadi penyebab diturunkannya karunia yang luar biasa pula dari Allah Yang Maha Agung, adalah zikir yang disebutkan dalam sebuah riwayat Imam Bukhari, dari Syadad bin Aus RA, dari Nabi SAW, mengucapkan sayyidul istighfar: Allahumma anta rabbi la ilaha illa anta, khalaqtani wa ana abduka wa ana ala ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’udzu bika min syarri ma shana’tu, abu`u laka bi ni’matika alayya wa abu`u bi dzanbi faghfir li fainnahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta (ya Allah Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan melainkan Engkau, Engkau telah menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat yang Engkau berikan kepadaku, dan aku mengakui dosa yang aku perbuat terhadap-Mu, maka ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau).
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkannya menjelang siang dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal pada hari itu sebelum tiba waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa membacanya menjelang malam dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal dunia sebelum tiba waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari no.6306)
Mimpi terbagi menjadi tiga macam kategori, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah RA
- Mimpi yang baik. Mimpi ini merupakan kabar baik yang datang dari Allah SWT namun mimpi ini ada adab-adabnya, yang insya Allah akan kami uraikan nanti.
- Mimpi yang membuat sedih. Mimpi ini datang dari syaitan, namun tidak akan menyebabkan keburukan apapun bagi seorang hamba yang melaksanakan adab-adabnya yang insya Allah akan kami uraikan nanti.
- Mimpi yang datang karena terjadi atau terpikirkan oleh orang tersebut sebelum tidurnya. Mimpi yang seperti ini bukan termasuk dalam dua kategori sebelumnya, melainkan hanya bunga tidur saja.
Sunnah ketika mendapat salah satu dari kategori mimpi di atas
- barangsiapa bermimpi yang baik, maka disunnahkan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
- Jika mendapatkan mimpi yang buruk, maka disunnahkan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
Pertama: Bersyukur kepada Allah atas mimpi tersebut, karena mimpi yang baik itu datangnya dari Allah.
Kedua: Memberitahukan mimpi itu kepada orang lain, tetapi hanya kepada orang yang ia cintai di sekitarnya saja.
Pertama: Meludah sedikit atau meniupkan angin melalui mulut, ke sisi kiri, sebanyak tiga kali
Kedua: Memohon perlindungan kepada Allah –Subhanahu wa Ta’ala- dari keburukan syaitan dan keburukan mimpi, sebanyak tiga kali
Yaitu dengan mengucapkan, a’udzu billahi minasy-syaitani wa min syarriha (aku berlindung kepada Allah dari syaitan dan dari keburukan mimpiku), sebanyak tiga kali.
Ketiga: Tidak memberitahukannya kepada orang lain. Namun meskipun diberitahukan, maka mimpi itu tetap tidak akan membahayakan dirinya, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi – Shallallahu alaihi wa Sallam– dalam hadits beliau.
Keempat: Mengubah posisi tidur ke sisi lain. Misalnya, apabila ia tidur dengan posisi ke arah kanan, maka hendaknya ia menggantinya ke arah kiri, begitu pula sebaliknya, dan begitu pula jika tidurnya dalam keadaan terlentang.
Kelima: Bangun tidur dan melakukan shalat dua rakaat.
Sebagaimana disebutkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Barangsiapa yang terbangun di malam hari, lalu ia mengucapkan, la ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahulmulku wa lahul-hamdu wa huwa ala kulli syai`in qadir, al-hamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallahu wallahu akbar wala hawla wala quwwata illa billah, (tidak ada tuhan melainkan Allah, hanya Dia, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala pujian, dan Dia Mahakuasa untuk melakukan segala sesuatu. Segala puji dan syukur hanya milik Allah. Mahasuci Allah, tidak ada tuhan melainkan Allah. Allah Mahabesar, tidak ada daya dan tidak ada upaya melainkan dari Allah) kemudian ia berdoa, allahummagfir li (ya Allah ampunilah aku) atau ia meminta sesuatu yang lain, maka doanya akan dikabulkan. Apabila ia mengambil wudhu lalu shalat, maka shalatnya akan diterima.” (HR. Bukhari no.1154)
Pada hadits di atas terdapat dua kabar gembira yang sangat luar biasa, sebab dikatakan bahwa apabila ada orang yang terbangun dari tidurnya, lalu ia membaca zikir tersebut, yaitu: la ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ala kulli syai`in qadir, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallahu wallahu akbar wala hawla wala quwwata illa billah, (tidak ada tuhan melainkan Allah, hanya Dia, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala pujian, dan Dia Mahakuasa untuk melakukan segala sesuatu, segala puji dan syukur hanya milik Allah, Mahasuci Allah, tidak ada tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar, tidak ada daya dan tidak ada upaya melainkan dari Allah), maka orang tersebut mendapat dua keistimewaan,
Pertama: Jika ia berdoa, allahummagfir li (ya Allah ampunilah aku) atau ia berdoa yang lainnya, maka doanya itu akan diijabah oleh Allah
Kedua: Jika ia bangkit dari tempat tidurnya, lalu berwudhu dan melaksanakan shalat, maka shalatnya itu akan diterima oleh Allah.
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menganugerahkan keistimewaan tersebut kepada umat ini. Marilah kita selalu bermohon untuk diberikan petunjuk dalam setiap amal perbuatan.